Assalamualaikum.wr.wb
Kali ini di tulisan blog saya yang ke empat, saya akan
menjelaskan atau menceritakan tentang pengalaman saya setelah menonton teater
lakon yang berjudul anak gabut karya Soni Farid Maulana.
Hari itu tepatnya pada hari Kamis, 29 Oktoner 2015 pukul
10.00 WIB saya dan banyak mahasiswa lainnya berada di Auditorium FIP UPI untuk
bersiap-siap menonton teater lakon berjudul Anak Kabut yang disutradarai oleh
Gustri Yorizal, Ricilia Ryan Putri sebagai aktor, Kamil Mubarok sebagai penata
artistik dan lighting, Sidiq Utomo dan Zulqi Lael Ramadhan sebagai penata
musik, dan Maudy Widitya sebagai pimpinan produksi sekaligus penata rias dan
kostum.
Sebelum memulai pementasan tersebut awalnya saya
bertanya-tanya bagaimana ya ceritanya tentang Anak Kabut ini saya hampir tidak
bisa menebaknya dan ya membuat saya menjadi sangat penasaran dan bersemangat
untuk menonton teater lakon ini. Dan pada akhirnya teater lakon ini pun dimulai
dengan diawali oleh seorang wanita yang masuk kedalam panggung dengan keadaan
telah selesai mandi dan langsung duduk dimeja rias dan langsung berhias diri
dengan berbicara pada cermin.
Perempuan itu memperlihatkan seperti ia sedang berbicara
dengan seseorang padahal dalam ruangan itu tidak ada siapa-siapa dan memang
teater ini ditampilkan secara monolog. Lalu ia mengambil sebuah foto dan
ternyata itu adalah foto kekasihnya yang sudah meninggal dunia pada peristiwa
yang terjadi di bulan Mei, ia berbicara dengan foto sang kekasihnya tersebut. Dan
monolog ini pun menceritakan tentang seseorang gadis yang sedang merindukan
kekasihnya. Saya berpikir bahwa perempuan tersebut memiliki gangguan mental
karena kehilangan sesosok kekasihnya itu.
Perempuan itu menampilkan adegan yang merengek pada
kekasihnya tersebut meminta supaya sang kekasih mentato bagian tubuhnya dengan
tato naga yang melambangkan jiwa liarnya. Ia merasa bahwa tato itu bisa menjadi
sebuah simbol walaupun dahulu tato disimbolkan sebagai simbol napi tapi
sekarang sudah beda maknanya. Kini tato sudah menjadi sumber keindaha, semacam
aksesoris, tanda, postmodern di akhir abad ke 20. Ia pun ingin mempunyai tato
sebagai bentuk suatu keunikan dalam dirinya yang nantinya ia ingin tunjukan
pada anak dan cucu-cucunya kelak.
Lalu perempuan itu mulai mengingat kejadian-kejadian
terdahulu tentang pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan, dan juga penyiksaan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dan diapun mulai mempermasalahkan
tentang hukum yang sama sekali tidak adil untuk dirinya dan korban-korban yang
lain. Dan juga tentang komnas HAM yang sama sekali tidak memperjuangkan dia dan
korban lainnya dalam mendapatkan keadilan yang setimpal dengan apa yang mereka
derita.
Kejadian itu hanya muncul di media massa tanpa ada tindak
lanjutnya, sehingga para pelaku pemerkosa itu masih saja berkeliaran dan para
pelaku pembunuhan termasuk yang membunuh kekasihnya itu tak pernah ditangkap
dan bahkan diseret ke muka pengadilan. Dan perempuan itu mengatakan bahwa tidak
akan pernah lupa tentang kejadian yang sudah terjadi pada bulan Mei itu
sehingga membuat biologisnya dan juga psikisnya merasa sangat terganggu ketika
ingatan tentang kejadian tersebut teringat kembali. Perempuan tersebut
seakan-akan hidup dalam lingkungan yang memang tidak pernah peduli antar
sesamanya.
Tetapi perempuan itu percaya walaupun sang pelaku masih
belum bisa di tangkap dan sekarang si pelaku masih tenang-tenang saja duduk
sambil menghisap rokok kesukaannya ditempat yang sangat jauh, bahwa hari
perhitungan itu pasti akan datang dan
tidak ada seorangpun yang bisa mengelak dari kepastian hukumNya. Ia percaya
bahwa balasan dari Tuhan pasti lebih membuat sang pelaku menderita. Sehingga seberapapun
iang mendderita karena kejadian ini ia masih percaya dengan ada nya Tuhan yang
pasti akan mengabulkan doanya untuk bisa menghukum para pelaku tersebut.
Dan dipementasan itu perempuan tersebut menceritakan
tentang kekasihnya yang hanya seorang buruh bangunan yang kerjanya serabutan. Walaupun
ia bergelar sarjana di Universitas ternama, namun karena kurangnya koneksi
hingga tidak bisa menjadi pegawai negeri. Dan karena tidak adanya uang jutaan
rupiah sebagai uang pelicin menjadikan ia tidak dianggap oleh para penguasa di
negeri ini. Karena para penguasa di negeri ini masih sangat membedakan dengan
materi tanpa melihat potensi dalam diri seorang individu tersebut.
Dalam teater ini pun menjelaskan tentang banyak nya
orang-orang yang tidak memiliki rasa kepedulian antar sesama, tetapi malah
menghancurkan bangsa dan negeri ini kedalam jurang peradaban yang sangat
membuat bangsa menderita. Sedangkan si perusak tersebut masih ongkang-ongkang
kaki, bebas dari tuntutan hukum, dan berani-berani seorang terpidana tindak
korupsi masih bisa mengajukan diri sebagai Walikota, Bupati, Gubernur, bahkan
Presiden.
Selain tentang pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan, dan
penyikasaan dari teater lakon monolog ini pun menceritakan tentang terjadinya
banyak ledakan bom di berbagai kota di negeri ini. Dan banyak para pelaku itu
mengatakan bahwa perempuan itu adalah akar malampetaka di muka bumi ini, yang
menyebabkan Adan turun dari tanah surga. Dan perempuan pun yang membuat para
lelaki membuat banyak perbuatan dosa akibat nafsu yang dirasakannya lalu
diluapkan kepada setiap perempuan.
Jadi, dari pementasan teater lakon monolog Anak Kabut ini
pun menjelaskan tentang bahwa tidak mudah bagi seseorang dalam melupakan segala
kenangan yang sangat berarti atau sangat menyakitkan yang telah dirasakan dalam
hidupnya. Dan mengingatkan bahwa seharusnya hukum atau Komnas HAM bisa lebih
melihat atau cepat tanggap dalam menangani masalah yang sangat serius ini,
apalagi banyaknya korban-korban yang berjatuhan dan banyak merasakan
penderitaan.
Namun di akhir pementasan ini, perempuan tersebut mulai
terbiasa untuk melakukan kehidupan sehari-harinya kembali dengan mencoba untuk
tidak selalu larut dalam kelamnya masalah yang sudah terjadi pada dirinya dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Tapi dia pun tidak bisa menjamin jika suatu
saat mungkin hal seperti ini akan terjadi kembali dalam kehidupannya ketika
teringat sebuah peristiwa yang sangat membuat hidupnya menderita tersebut.
Sekian dari saya tentang pengalaman menonton teater lakon
monolog yang berjudul Anak Kabut. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Wassalamualaikum.wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar